“Seandainya saya mendapatkan satu ayat dari Al Qur’an yang tidak saya pahami dan tidak ada seorang pun yang bisa mengajarkannya kecuali orang yang berada di Barkul Ghamad (yang jaraknya 5 malam perjalanan dari Mekkah), niscaya Aku akan menjumpainya”
~ Abu Ad Darda ~
Teriknya matahari dan keringnya gurun tidak menjadi penghalang sosok-sosok luar biasa ini untuk pergi. Berpindah dari satu kampung ke kampung lain, dari satu kota ke kota lainnya. Ribuan mil jauhnya mereka lalui dengan atau tanpa hewan tunggangan. Tidak jarang mereka kehabisan perbekalan, bertemu dengan segerombolan perampok, hingga badai pasir. Semua itu mereka lakukan demi satu hal, Ilmu.

kata Imam Al Hakim saat menggambarkan keadaan para pencari ilmu,
Mereka merasakan kenikmatan dalam kesengsaraan di dalam perjalanan bersama dengan ahli ilmu dan riwayat. Mereka jadikan masjid-masjid sebagai rumah mereka. Mereka jadikan menulis sebagai makanan kesehariannya. Mencocokkan tulisan sebagai percakapan di waktu malam. Mengulang pelajaran sebagai istirahat mereka. Tinta sebagai parfum mereka. Begadang sebagai tidur mereka. Dan kerikil sebagai bantal mereka.”
Ya, begitulah cerita-cerita yang akan sahabat dapatkan ketika membaca buku-buku biografi para perawi hadist ternama atau para ‘ulama yang melahirkan banyak karya luar biasa. Heroik? Ya.
Kemudian mari kita alihkan perhatian kita sejenak dengan apa yang terjadi pada saat ini. Zaman dimana ilmu sudah dapat kita akses setiap saat, dapat kita peroleh dengan begitu mudahnya tanpa perlu membeli kuda-kuda pilihan yang akan dibawa bepergian menemani perjalanan bermil-mil jauhnya. Sekarang sahabat-sahabat sudah memiliki gadget yang bisa sahabat isi dengan banyak hal. Mulai dari Al Qur’an, kitab hadist hingga buku-buku tebal karangan para ‘ulama. Dari yang berbentuk software hingga e-book semuanya tersedia. Lalu dengan berbagai kemudahan yang kita dapatkan sekarang apa yang kita lakukan?
Rasanya... semua kemudahan ini justru membuat kita semakin jauh saja. Na’uudzu billahi min dzaalik.
Sahabat mungkin sudah hafal dan sering sekali mendengarkan hadist Nabi yang satu ini:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (Muttafaq ‘alaih)
Hm... namun rasanya kita hanya sekadar hafal saja. Lupa akan esensi dari hadist tersebut. Menuntut ilmu, terutama menuntut ilmu agama adalah kewajiban bagi setiap muslim, tak terkecuali muslimah.
            “Saya kepengen banget belajar agama tapi rasanya waktu kurang...”
            “Saya pengen belajar agama tapi gak akrab sama ustadz...”
Pertama, berusahalah untuk meluangkan waktu. Karena ilmu agama adalah kebutuhan bagi kita. Jika tidak berusaha meluangkan waktu maka selamanya sahabat tidak akan punya waktu untuk belajar.
Kedua, jika kesulitan untuk bertemu ustadz sahabat bisa belajar sedikit demi sedikit dari teman yang memiliki wawasan keagamaan yang luas. Nanti jika sudah mulai terbiasa dan sambil jalan biasanya sahabat akan berkenalan dengan murabbi, ustadz atau sosok-sosok lain yang memiliki wawasan keagamaan lebih luas lagi.
Terakhir, sebelum ditutup ada hadist menarik nih:
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan ada padanya maka Allah akan memberikan padanya kepahaman dalam hal agama.” (HR Muslim)
Tak usah khawatir, teruslah berhusnudzan kepada Allah bahwa sahabat adalah salah satu orang yang Allah maksudkan dalam hadist tadi. Bukankah Allah sebagaimana prasangka hamba kepada Nya?

Jika tidak sahabat mulai sejak sekarang, lantas apa hujjah yang akan sahabat katakan jika suatu saat sahabat ditanya tentang apa yang selama ini sahabat lakukan ketika segalanya sudah ada dan dapat diperoleh dengan begitu mudahnya? Selamat bermujahadah dalam tafaqquh fid diin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar