Tahun 2016 menjadi tahun yang menarik. Selepas menyelesaikan amanah sebagai ketua dalam sebuah organisasi pembinaan remaja, Asa berkesempatan untuk masuk pada ranah gerak lain yang baru, yakni Bidang Mahasiswa dan Kaderisasi (BMK) Masjid Salman ITB. Dalam tempat berkarya baru ini, Asa menjadi ketua dari sebuah tim kecil dengan nama tim yang amat panjang: unit, komunitas dan kepanitiaan. Allahu akbar! Betapa amat sangat tidak efektif dan sulitnya tim ini diucapkan. Disingkat menjadi UKK. Tidak nyeni sekali.

Saya pun mengawali sebuah tim kecil ini dengan melakukan rekrutmen kepada beberapa sahabatnya yang juga sudah memasuki masa purnabakti di organisasi tempat mereka berkarya sebelumnya. Langkah kedua yang Saya lakukan sederhana, mencari nama baru bagi tim ini. Setelah melalui diskusi singkat, sebuah nama diangkat: Nexus. Mengapa kami mengambil nama ini? Rupanya ada filosofi gerak yang menarik dari nama tersebut.

Nexus berarti penghubung sebab memang seperti itulah gerak tim ini. Ia menjadi penghubung antara unit, komunitas dan kepanitiaan yang ada di masjid Salman dengan pemegang kebijakan seperti pengurus Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman dan BMK. Yang menarik dari sifat sebuah penghubung adalah kadangkala sang penghubung tidak memperoleh manfaat langsung dari dua hal yang ia hubungkan. Namun begitu, di sinilah letak pemaknaan yang menarik dari penghubung.

Ibarat sebuah jembatan, ia berperan sebagai penghubung dari dua tempat. Keberadaannya mendukung lalu lintas ekonomi dari kedua tempat, meningkatkan mobilitas, ia membantu kedua tempat untuk berkembang dengan lebih cepat. Lalu lintas di atasnya seringkali tidak membuat jembatan tersebut semakin kuat atau megah. Minimal aktivitas yang berjalan di atasnya membuat sang jembatan terawat. Terlebih jika jembatan tersebut terbuat dari tali. Semakin sering digunakan maka tali akan bersifat lebih fleksibel, berbeda jika jembatan tersebut tidak pernah digunakan untuk menyeberang. Tali akan menjadi kaku sehingga amat rapuh.

Dalam hidup, ketenangan jiwa dapat diperoleh kala kita tidak mengharapkan imbalan atau sanjung puji dari makhluk. Berharap pada sesuatu yang sejatinya tidak memiliki kuasa atau materi apa apa hanya akan membuat kita terjatuh pada kekecewaan kala harapan yang dipikirkan tidak kunjung diberikan. Berperanlah laiknya sang jembatan. Saya pikir cukuplah kegembiraan dapat melihat orang lain yang terbantu menjadi pengisi relung hati kita. Serahkanlah imbalan itu kepada Dzat yang tiada akan mengingkari janji lagi Maha Adil dalam setiap menakar ukuran setiap kebaikan. Percayakan imbalan itu kepada Nya agar tidak perlu ada rasa kecewa dalam hati kita.

"Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak."
(QS. Al Muddatsir: 6)

Selamat menjadi nexus :)

On frame Super Team Nexus BMK 2016-2017

Kiri ke kanan: Suryana, Fisika ITB '14 | Satria Rusdiputra, Tek Material '12 | Ikhsan Nuryamin, Ilmu Komputer UNIKOM '14 | Khalid Istiqlal Syaifullah, Teknik Geofisika ITB '11 | Hamba | Farhan Basyari, Kimia ITB '12 | Lutfiati Asyifa Nurshaumi, Psikologi UIN SGD '14 | Annisa Nabila, STIKES '14 | Nadiyah Rahmah, Teknik Industri ITB '13 | Ariq Dhia Irfanuddin, Fisika UIN SGD '15

Not in frame: Rizky Maisyarah, Bahasa Inggris UNIKOM '12 | Ikhwan Rizqy Nurzaman, Fisika ITB '14

2 komentar: