Umat, Tentang Sebuah Prinsip
"Jika soal kemanfaatan untuk umat manusia mengapa kita tidak ambil saja?"
Begitulah kurang lebih apa yang Saya dapatkan dari salah satu tausyah Ust Salim A Fillah. Memang sosok penulis yang satu ini banyak menginspirasi Saya dalam berbagai hal. Bersyukur dilahirkan di Indonesia dan bisa dipertemukan dengan Ust Salim.

Cerita bermula dari keluhan seorang dosen dari suatu universitas di Pulau Jawa yang berhasil menemukan material yang mampu menyembuhkan fraktura tulang dengan biaya yang murah
jauh lebih murah dari biaya operasi tulang saat ini. Namun sebelum penelitiannya dipublikasikan Ia mendapatkan banyak intimidasi dari tokoh-tokoh dan perusahaan medis Indonesia, "Pak, material ini cukup sampai tahap penelitian, tidak perlu dipublikasi apalagi sampai dipublikasikan!" Padahal material itu dapat menolong banyak orang dan bermanfaat untuk umat.

Berbicara tentang berkarya seringkali hal ini menjadi dilema di negeri sendiri. Ketika seseorang yang memiliki bakat besar dan semangat berkarya pergi keluar negeri untuk mengembangkan kemampuannya Ia akan disebut tidak berbakti pada bangsa sendiri. Namun ketika Ia ingin berkarya di negerinya sendiri, bangsanya tidak menghargai karya-karya mereka... ironis? memang. Hal ini berlaku dalam banyak hal termasuk dalam disiplin ilmu.

Hingga pada akhirnya Saya pun setuju dengan suatu prinsip yang hingga sekarang masih menjadi salah satu prinsip hidup Saya:

"Selama hal itu dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia mengapa tidak diambil saja?"
Saya mengidolakan seorang sosok di Indonesia yang justru saat ini dapat memberikan manfaat sangat besar setelah ia keluar dari disiplin ilmu yang Ia pelajari di bangku kuliah. Tanggapan seorang teman?
"Kamu mengidolakan orang seperti itu, Sa?!"
Seolah pilihannya untuk keluar dari disiplin ilmunya dan berkembang di disiplin ilmu lain sebuah dosa yang amat besar!

Sementara itu ketika ada seseorang yang terus belajar dan menjadi pakar di keilmuannya, namun ketika dewasa hanya menjadi kuli saja, budak-budak korporat ikut disindir juga dan dibilang berdosa. Nahlo?

Jika dibilang lebih baik yang mana tentunya akan lebih baik seseorang yang memanfaatkan ilmu yang Ia pelajari untuk umat. Tapi selama Ia bisa memberikan manfaat besar melalui hal lain mengapa Ia harus dihalang-halangi? Jika memang jalan untuk memberikan manfaat kepada umat hanya bisa diperoleh dengan keluar negeri mengapa tidak diambil saja?

Prinsip ini lah yang akhirnya menjadi salah satu pertimbangan dalam membuat skala prioritas dan amanah. Jadikanlah posisi-posisi dimana kamu paling memberikan manfaat besar untuk umat sebagai prioritas utama. Jadikanlah kegiatan dan pekerjaan yang memberikan manfaat besar untuk umat sebagai prioritas...

Karena Rasul pun mengajarkan kita untuk menjadikan umat sebagai prioritas. Bahkan hingga akhir hidupnya Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat mencintai umatnya... bukankah...
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR Ahmad, Thabrani dan Daaruqutni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar