Waktu: 24 Maret 2017
Pemateri: Alfathri Aldin
Sedikit belajar tarekat dalam
memahami konsep ruh, jiwa dan jasad sebab saya pikir tidak semua hal yang berhubungan dengan tarekat harus dihindari dan bersifat mistis tidak rasional.
Ruh dalam AlQuran selalu
disebut sebagai entitas yang bersih dan sempurna
Jiwa adalah wadah dari sebuah
ruh
Jasad adalah wadah dari jiwa
QS 75:1
Dalam perjalanan hidup kita,
kita mengalami beberapa tahap kehidupan:
- Mauthin Awal: Jiwa diciptakan dari cahaya
- M. Syahadah: Jiwa dipersaksikan alastu birabbikum
- M. Rahim: 120 hari ditiupkan ruh. Ruh butuh jiwa, jiwa butuh jasad
- M. Dunya: Macapat. Pewayangan. Api ibarat ruh, wayang kulit yang dihias dengan begitu indahnya ibarat jiwa, bayang yang muncul dari api yang menerangi wayang ibarat jasad kita.
- M. Barzakh: Siksa kubur dll
- M. Mahsyar: Jiwa ketemu kembali dengan jasadnya
- M. Akhirat: Surga atau neraka
- M. Al Kasib: Tempat di tepi surga dan saat bertemu Allah
Pertanyaannya, apakah di tiap
tahap kita seolah merasa amnesia? Jawabannya tidak. Pada mahsyar kita akan
dipersaksikan dengan apa yang diperbuat selama di dunia dan tidak akan berkata,
“Memangnya saya pernah hidup di dunia ya?”
Bisakah teori ketidaksadara
Froyd, collective unconscious Jung atau yang lainnya menjelaskan hal
ini? Tidak sebab yang mereka bahas terbatas pada jiwa yang diartikan sebagai
jasad kita saat ini. Sementara apa yang Islam bahas semua adalah soal keadaan
jiwa.
Bisakah kamu menjelaskan
mengapa islam memerintahkan hal hal berikut dengan sudut pandang mereka...
- Menyembelih hewan dengan menyebut asma Allah. Padahal tanpa disebut pun jasad hewan itu tetap sama dan tidak mengalami perubahan fisik
- Mengapa dilarang korupsi atau memakan uang haram padahal walaupun makan tidak ada yang berubah dengan jasad
- Memakan babi missal karena ternyata mengandung cacing pita, sementara teknologi saat ini sudah ada teknologi yang bisa membersihkan hal itu. Apakah lalu babi menjadi halal? Tentu tidak
Mengapa tidak bertemu
penjelasannya jika diukur dengan kaca mata mereka? Sebab sejak awal apa yang
menjadi titik berat Islam bukan pada jasad tapi pada keadaan jiwa. Sementara
mereka tidak mengenal konsep jiwa. Yang menjadi fokus mereka sejak awal adalah
jasad. Itu sebabnya sejak awal sudah saya beritahu jika hendak membahas ini
dengan sudut pandang mereka maka sekalian saja tidak perlu membahas Islam di
sana. Gunakan pemahaman mereka seluruhnya. Sebab Islam tidak dapat dipisahkan.
Untuk mengetahui betapa
rusaknya pluralism yang ditawarkan barat, salah seorang teman saya yang tinggal
di Amerika pernah bercerita pada saya kenapa anaknya bandel dan tidak mau
diurus. Saya pun mengutip kata-kata Ali ibn Abi Thalib: Jika memiliki anak maka
perlakukan 7 tahun pertama sebagai raja, 7 tahun berikutnya sebagai tahanan, dan
7 tahun berikutnya sebagai kawan. Akhirnya sahabat saya itu berkata, “pantas
saja hal itu terjadi kepada anak saya, sebab sejak kecil di sekolah-sekolah
diajarkan bahwa seorang anak merdeka, tidak boleh hanya mengikuti orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar