Minyak Wangi Arrehab

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.
(HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Salah satu hal menarik dari karya klasik semisal kalilah dan dimnah adalah analogi atau perumpamaan yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu. Bahkan tak jarang satu kisah bercerita tentang sebuah perumpamaan kemudian perumpamaan tersebut menceritakan perumpamaan yang lain. Kadangkala perumpamaan yang dibuat agak memusingkan seperti pusingnya beberapa orang saat menerka-nerka timeline yang benar dari film Dunkirk.

Sebagian orang mungkin merasa perumpamaan bukanlah hal yang istimewa untuk menyampaikan sebuah pesan. Tapi hal tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas melalui hal yang dapat kita temukan sehari-hari. Ia dapat memunculkan sudut pandang berbeda dan juga dapat menggelitik pikir kita untuk menyelami dan mengagumi kedalaman pesan yang terkandung di dalamnya. Itu sebabnya Al-Qur'an sendiri menggunakan banyak perumpamaan untuk menggambarkan berbagai macam hal dan kondisi. Ada yang istimewa dari perumpamaan peran seorang sahabat yang disampaikan pada hadist sebelumnya. Bukan hanya isinya yang istimewa namun juga pemberi pesannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rasulullah. Sebab pilihan kata pribadi bercahaya ini tentu terjaga dari segala keburukan dan kesalahan lisan.

Penjual Minyak Wangi

Sahabat yang baik dicitrakan sebagai seorang penjual minyak wangi. Selain profesi, aktivitas penjual minyak wangi ini menarik: Ia memberi minyak wangi atau kita membeli minyak wangi darinya. Memberi menunjukkan aktivitas berbagi dan tentu seseorang yang hendak memberi tidak mungkin memberikan sesuatu yang tidak ia miliki. Bagi kita, minyak wangi itu dapat berbentuk ilmu, benda, relasi atau semudah senyuman. Sehingga bagi kita yang hendak menjadi sahabat yang baik tidak cukup jika berperan hanya menjual minyak wangi sebab mereka juga tidak sungkan untuk memberi.

Selain memberi, orang lain di sekitarnya juga membeli minyak wangi darinya. Mengapa kebaikan harus dibeli seolah hal itu bersifat transaksi? Hal tersebut menunjukkan sebuah itikad serius dari seorang pembeli untuk memperoleh kebaikan dari penjual karena seorang pembeli akan menukarkan benda berharga miliknya dengan benda lain yang ia butuhkan atau inginkan. Pertanyaannya... saat berada di dekat para penjual minyak wangi apakah kita sudah berada dalam kondisi siap untuk menerima manfaat, merasa butuh atau bahkan mengorbankan apa yang kita miliki untuk bisa memperoleh lebih banyak pintu kebaikan? Engkau tidak akan bisa menjadi wangi dengan sendirinya jika mendekati pemilik minyak wangi saja enggan.

Pun meski seseorang tidak ikut menjadi wangi, kita tetap dapat merasakan semerbak kebaikan dari mereka. Ah memang seperti itulah bentuk rahmat.

Karakter dari penjual minyak wangi adalah wangi, dan membuat orang lain wangi. Mereka baik dan membuat orang lain menjadi baik. Shalih dan menshalihkan. Sehingga belum sempurna rasanya jika kita mengklaim sebagai penjual minyak wangi sementara yang wangi hanya diri sendiri.


Pandai Besi

Untuk bisa melihat aktivitas seorang pandai besi, kita bisa melihat beberapa cuplikannya dalam channel youtube Man at Arms. Jika pada perumpamaan pertama Rasulullah menyebutkan peran kita yang perlu menjemput kebaikan, maka pada perumpamaan kedua ini fokus ada pada aktivitas sang penempa besi.

Api tidak akan membakar pakaian bila ia tidak dinyalakan. Geraknya membawa madharat pada orang lain. Hadist ini seolah berkata, "Jemputlah dan dekatilah para penjual minyak wangi. Jangan menjadi pandai besi yang membakar pakaian orang lain."

Keduanya baik penjual minyak wangi maupun pandai besi bercerita tentang hubungan dengan orang lain sebab seorang sahabat dapat memberi pengaruh kepada orang lain.

Selain itu selama berada di dekatnya kita bisa mencium bau asap dari pembakaran yang tidak mengenakkan dan menyesakkan. Bagi seseorang yang masih sehat hatinya, melihat aktivitas para penempa besi setidaknya memberikan rasa tidak nyaman pada hati dan memang seperti itu konsekuensinya. Hal yang manusiawi melihat seseorang yang mabuk-mabukan, pacaran, atau berucap perkataan kasar tapi hal tersebut tidak menghalangi kita dalam menyampaikan dakwah kepada mereka. Risih boleh tapi tak perlu diungkapkan di hadapan mereka. Cukup bagi kita mencium baunya saja, tak perlu menyindir betapa baunya ia.

Pun begitu lebih utama memastikan pribadi masing-masing menjadi penjual minyak wangi daripada sibuk menilai siapa sahabat yang berperan layaknya seorang penjual minyak wangi dan siapa yang berperan sebagai pandai besi.

Apa pemaknaan lain yang engkau dapatkan dari hadist ini?

----------------------------
Thought on Muamalah
Pena 1. Penjual Minyak Wangi dan Pandai Besi
Pena 2. Bersahabat dengan Tulus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar