Kisah-kisah mereka amat banyak tersebar, memberikan pelajaran berharga kepada sesiapa yang membacanya. Kisah mereka begitu melimpah ruah hingga tumpah-tumpah. Nampaknya umat ini tidak pernah kehabisan sosok heroik itu dari masa ke masa, bahkan hingga sekarang. Jika melihat perjuangan yang kita lakukan saat ini, rasanya amat jauh dari bagaimana dakwah mereka kala itu.

"Sungguh Aku tidak akan menukar hadist ini dengan sesuatu apapun!" Ucap Anas ibn Malik

Apa yang membuat Anas ibn Malik berkata seperti itu? :)


Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim [1] menceritakan: Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa pada suatu ketika seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?"
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
"Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?"
Orang tersebut menjawab,
"Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya."
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,
"(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai."
Dalam riwayat lain [2] Anas mengatakan,
"Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi SAW : "Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai)."
Anas pun mengatakan,
"Kalau begitu, aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka."
Nampaknya kini Aku memahami mengapa Anas ibn Malik tidak mau menukar hadist ini dengan sesuatu apapun.

Jika membaca kisah-kisah mereka, kekaguman ini kian membuncah. Seringkali Aku terheran-heran dengan tindakan serta keputusan mereka. Takjub! Ingin rasanya bisa meneladani setiap diri mereka dan bisa bertemu dengan mereka di surga, namun terkadang amat pesimis rasanya. Bagaimana bisa?! Sementara jika Aku berada pada posisi mereka, mungkin sejarah tidak akan seperti apa yang ada sekarang. Ketika Aku membaca setiap percakapan dan ucapan yang mereka katakan, maka tidaklah keluar dari lisan mereka melainkan sesuatu yang baik lagi penuh dengan hikmah. Sementara lisanku masih compang camping dan tidak terjaga. Bagaimana bisa?! Bahkan dalam keadaaan tersulit sekalipun, mereka dapat terus melangkah dalam ketaatan terhadap perintah Allah dan Rasul Nya, sementara Aku? Rasanya amat jauh diri ini dari kualitas pribadi-pribadi mereka. Lalu Aku berharap bisa membersamai mereka di surga? Mimpi! :'

Meski tidak pernah bertemu, rasanya hati ini begitu rindu untuk bisa berjumpa dengan sosok-sosok itu. Lalu hadist tadi pun hadir sebagai penghibur dikala merasa teramat jauh dari mereka, amat jauh kualitas ibadahku dibandingkan dengan ibadah mereka, amat jauh perjuanganku dibandingkan dengan perjuangan mereka.

Oleh karenanya, Allahumma, karena rinduku kepada mereka, kiranya Allah Yang Maha Pengasih dapat mengizinkan hamba Mu ini untuk dapat bertemu dengan mereka di surga karena Aku amat mencintai mereka. Kiranya Allah juga dapat mempertemukan hamba dengan setiap orang yang mencintai mereka juga :'

"Kau durhaka meski kau menyatakan cinta.

Itu pasti bukan cinta, tapi dusta.
Kalaulah cintamu itu sejati, pastilah kau patuh
karena orang yang cinta selalu mengikuti kemauan orang yang dicinta."

~ Syair al-Rawwaq ~

Cinta tidak berhenti pada kata-kata. Mengucapkan atau menuliskan rasa cinta adalah hal yang dapat dilalukan oleh siapa saja. Yang terpenting bukanlah ucapannya, tapi tindakan yang kita lakukan untuk membuktikan kecintaan kita kepada Allah, Rasul serta orang-orang yang setia membersamai langkahnya di jalan yang lurus. Lalu, sudahkah kita buktikan itu?

[1] HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639.
[2] HR. Bukhari no. 3688

Tidak ada komentar:

Posting Komentar