Pagi ini setelah sehari sebelumnya melalui sebuah hari panjang penuh tantangan, tiba-tiba Aku tertarik untuk membuka youtube dan mencari tahu bagaimana dakwah yang dilakukan oleh saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia. Aku sendiri tidak cukup tahu mengapa tiba-tiba ingin mencari hal tersebut, padahal biasanya yang kucari dari youtube adalah hiburan dari channel niga higa, pew die pie atau ngepo hal-hal lainnya.

Kemudian Aku pun mendapatkan beberapa channel menarik, dari mulai Adam Saleh hingga Dakwah Man. Dakwah Man sendiri Aku kenali dari tausyah Ust Fadli dalam halaqah rutin yang dahulu saat musim piala dunia Brazil banyak bercerita tentang bagaimana muslim dari berbagai belahan dunia pergi ke Brazil dan melakukan dakwah on the street secara masif selama berlangsungnya ajang piala dunia. Melihat bagaimana dakwah yang mereka lakukan, dan melihat bagaimana seorang non muslim masuk Islam, tiba-tiba mata ini berkaca-kaca (baperan banget kamu, Sa!). Tapi memang seperti itulah keadaannya. Dari berbagai video tersebut, Aku pun seolah ditampar hingga sadar karena sering kali lupa bahwa...

nikmat hidayah amatlah berharga
Dalam beberapa video singkat yang menceritakan bagaimana usaha dakwah saudara-saudara kita, banyak kita dapati betapa sebenarnya seorang manusia amat terikat dengan fitrah sebenarnya sebagai seorang hamba Allah. Adam Saleh dalam salah satu videonya yang bercerita tentang bagaimana reaksi dari setiap orang yang pertama kali dibacakan kepada mereka ayat Al Qur'an menjadi pembuka pencarian video di pagi hari ini. Cobalah untuk menonton video ini sejak awal hingga akhir... :)


Sebagai seorang muslim, Al Qur'an adalah bukti otentik kebenaran diin ini. Seolah karena sudah terlalu akrab dan terlalu sering melihat Al Qur'an, tidak sedikit ditemukan Al Qur'an di rumah-rumah yang hanya menjadi pajangan berdebu. Padahal mukjizat itu begitu dekat dengan kita, padahal hikmah itu begitu mudah kita peroleh, tapi mengapa seringkali kita malas membacanya sementara di luar sana mereka menjadi saksi akan agungnya mukjizat terbesar Nabi Muhammad yang Allah berikan kepada beliau. Maka, mengapa kita sering lupa dengan nikmat yang Allah sebutkan pertama kali dalam sebuah surat yang berkali-kali menyindir kita dengan kalimat, "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Apakah memang kita selama ini selalu lupa?

(Tuhan) Yang Maha Pemurah,

Yang telah mengajarkan Al-Qur'an
~ Ar Rahman: 1-2 ~



Ustadzku pernah becerita,
"Terkadang Saya penasaran bagaimana rasanya menjadi seorang muslim yang biasa saja, pernah merasakan masa jahiliyah lalu kemudian bertaubat dari hal itu. Kok rasanya hidup Saya dari dulu lebih condong jadi orang baik. Tapi akhirnya Saya hilangkan pikiran itu."

Begitu pun Aku, pernah suatu ketika kuberpikir bagaimana jika Allah mentakdirkanku untuk terlahir dalam sebuah keluarga muslim di negara mayoritas non muslim. Membayangkan bagaimana hidup di tengah tekanan begitu besar dari luar, apa mungkin Aku bisa bersabar jika menjadi mereka? Itu sebabnya seringkali melihat dakwah yang dilakukan oleh saudara-saudara kita di luar sana hatiku berdecak kagum. Dari khurasani brothers hingga saudara-saudara kita di Turki yang berkeliling ke berbagai penjuru dunia. Dakwah mereka tidak hanya kepada sesama muslim, tapi kepada non muslim.

Terkadang Aku juga berpikir bagaimana jika kulahir di sebuah keluarga non muslim, lalu mencari tahu kebenaran sehingga masuk Islam dalam keadaan iman yang mantap dan teguh. Karena kala itu kusering sekali melihat iman dari mereka yang mu'allaf jauh lebih tangguh daripada kita yang sudah menjadi muslim sejak awal. Namun, semua pikiran tadi akhirnya kubuang jauh-jauh karena kemungkinan terburuknya adalah Aku menjadi bagian dari orang-orang yang tidak Allah perkenankan hidayah atas mereka dan menjadi bagian dari orang-orang yang amat membenci Islam. Naudzubillah min dzaalik...

Umar ibn Khattab radhiyallahu ‘anhu pada suatu ketika tengah berjalan kaki, langkahnya terhenti pada suatu gereja kecil. Dilihatnya seorang pendeta berada di dalam gereja. Menyadari kehadiran amirul mukminin, pendeta itu pun berdiri dengan gemetar dan susah payah karena badannya yang sudah melemah dimakan usia. Melihat keadaan pendeta itu, Umar seketika menangis. Ketika diberitahu bahwa laki-laki itu adalah orang Nasrani maka Umar berkata,

Aku tahu bahwa ia adalah orang Nasrani, tapi (yang membuatku menangis) Aku ingat firman Allah:

“(Ia) bekerja keras lagi kepayahan, lalu memasuki api yang panas (neraka)” 
~ Al Ghaasiyah: 3-4 ~

Marilah kita sama-sama syukuri nikmat hidayah yang kita miliki saat ini :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar