"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishâsh berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabbmu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih dan dalam qishâsh itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa." (Al-Baqarah: 178-179)

Mengapa pembahasan mengenai membalas budi justru diawali dengan ayat qishas? Pada ayat tersebut bercerita tentang hukuman qishash yang harus diterima oleh seseorang yang dengan sengaja menumpahkan darah dari orang-orang yang diharamkan darahnya. Aturannya sederhana: Jiwa dibalas dengan jiwa. Qishash juga berlaku pada tindakan penganiayaan lainnya namun aturannya sama: Melukai wajah dibalas dengan melukai wajah, membuat memar dibalas dengan memar yang serupa dan sebagainya. Keburukan dibalas dengan keburukan yang serupa. Tidak lebih dan tidak kurang.

Setelah itu mari kita lihat ayat-ayat yang berbeda yang berbicara tentang kebaikan.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Coba buka juga Al-Ankabut ayat ke 7 yang berbicara dengan nada yang serupa. Ditambah dengan hadist, maka kita akan menemukan hadist yang berbunyi,

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Ketika kita mengamati bagaimana syariat memandang kebaikan dan keburukan, kita dapat menemukan sebuah pola yang indah.

Keburukan dibalas dengan keburukan yang serupa, sementara kebaikan dibalas dengan kebaikan yang lebih banyak daripada apa yang kita dikerjakan. 

Merupakan bagian dari rahmat Allah memberikan balasan kebaikan lebih besar daripada keburukan. Dalam syariat memberi salam pun kita diminta untuk memberikan lebih daripada yang diucapkan oleh orang lain,

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)”. (An-Nisa: 86)

Ketika diberikan salam "assalamualaikum" maka minimal dibalas dengan hal yang sama atau ditambahkan dengan "wa rahmatullah" dan seterusnya.

Itu sebabnya selain menjadi pribadi yang siap membantu, tak kalah penting juga bagi kita untuk dapat menjadi pribadi yang pandai membalas budi. Pun demikian jangan sampai standar ini kita gunakan untuk menilai orang lain sebab hal ini merupakan dua karakter yang perlu ada dalam satu orang muslim, yaitu kita. Cara membalas budinya pun beragam, namun dari salam yang kita ucapkan setiap waktu, kita dapat mengambil pelajaran bahwa membalas kebaikan minimal dengan nilai yang setara dengan apa yang kita terima. Allahu akbar, indah sekali.

Belum lah hal ini terjadi di sekitar kita, Saya sudah membayangkan betapa menyenangkannya masyarakat yang seperti ini sebab dorongan untuk senantiasa bisa berbuat baik dan membantu akan tercipta dengan sendirinya melalui kultur balas budi dan tolong menolong.

On frame: AJ Forum Indonesia Muda 20
----------------------------------------------
Thought on Helping Others
Pena 1. Tangan yang Siap Membantu
Pena 2. Pribadi yang Pandai Membalas Budi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar