Trauma pendidikan


"Kang Asa, coba lihat ini,"

Ujar seorang sahabat dekat yang amat sering datang ke asrama Salman. Sebutlah namanya Mesut Ozil, raut mukanya nampak hendak menunjukkan sebuah perkara yang amat serius. Asa yang baru saja selesai dari diskusi kitab Mukaddimah karya Ibnu Khaldun bersama Bagoy segera mengalihkan perhatiannya ke lembaran-lembaran kertas yang Ozil berikan.

Sekilas membaca, Asa langsung mengetahui kertas apa yang tengah dibacanya, kertas kesan. Lalu betapa terkejutnya ia kala membaca hampir kesemua kertas berisi kesan negatif dari para penulisnya. Apa gerangan yang membuat mereka muak sehingga menulis sedemikian rupa? Pendidikan.

"Menderita" adalah kesan dari seorang pelajar setelah menempuh bangku sekolah bertahun-tahun lamanya. Membaca berbagai curahan hati siswa membuat Asa berpikir panjang dan teringat kembali dengan materi Sekolah Pemikiran Islam dari uda Akmal,

"Pendidikan kita masih banyak menghasilkan para pengerja soal dan murid yang trauma dengan pendidikan."Asa sendiri tak begitu tau apakah trauma pendidikan adalah istilah yang tepat untuk merangkum fenomena ini. 

Kadang fenomena ini terasa dalam contoh yang amat dekat di sekitar kita. Misalnya seorang siswa SMA sedang memilih jurusan untuk studi lanjutnya nanti di bangku kuliah. Ia pun memilih jurusan Biologi. Seorang sahabatnya pun datang bertanya,

"Bro kenapa ambil jurusan Biologi?"
Ia pun menjawab dengan nada cukup ragu, "Hm... yang penting ga ada matematikanya."

Trauma dengan matematika kah? Secara umum, sulit kita temukan tujuan pendidikan yang istimewa dari seseorang yang tengah belajar. Padahal hal ini menjadi sebuah titik penting dalam sebuah proses menuntut ilmu dalam Islam. Syaikh Az-Zarnuji sampai-sampai mendedikasikan satu bab khusus tentang niat menuntut ilmu dan menempatkan perkara ini pada bab kedua dalam pembahasan seputar ilmu untuk menunjukkan betapa pentingnya hal ini. Selengkapnya bisa kita baca dalam karya beliau, Ta'lim Muta'allim. Sebuah buku yang menjelaskan bagaimana "cara menuntut ilmu yang benar".

"Kuliah di jurusan hukum agar bisa memberikan keadilan bagi rakyat kecil."

Itu sebabnya tak jarang kita temukan fenomena mahasiswa merasa salah jurusan. Akan tetapi benarkah fenomena ini salah satunya terjadi karena trauma pendidikan dan kehilangan arah pendidikan? Thoughts?

------------------------------
Thought On Education
Pena 1. Kompas Pendidikan
Pena 2. Trauma Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar