Jarang-jarang saya menulis review tentang sebuah film. Tapi film yang satu ini memang bukan film biasa. Bakuman adalah sebuah anime yang diadaptasi dari manga dengan judul yang sama. Manga yang ditulis oleh Tsugumi Oba dan digambar oleh Takeshi Obata, dua orang yang membuat manga Death Note ini cukup menggelitik dan menarik untuk ditonton. Anime ini bercerita tentang perjalanan menggapai cita untuk menjadi seorang mangaka professional seiring dengan perjalanan tokoh utama dalam menggapai cintanya.

Meski plotnya tidak banyak memiliki konflik yang menarik dan terkesan begitu-begitu saja, namun anime ini menjadi salah satu anime dengan cukup banyak pelajaran yang bisa kita ambil :)


1. Tidak ada yang namanya pacaran

Salah satu scene paling menggelitik yang membuat saya tertarik untuk menonton anime dengan rating 8.4/10 ini adalah rasa cinta dari Mashiro kepada Azuki yang diungkapkannya dengan susah payah pada episode pertama. Ketika biasanya film bergenre school romance menempatkan scene serupa di tengah atau menjelang akhir film sebagai klimaks, Bakuman menempatkannya sejak episode pertama. Antimainstream memang.

Hal menarik berikutnya dari film ini adalah Mashiro dan Azuki hingga akhir seri Bakuman berjanji untuk tidak bertemu satu sama lain hingga keduanya menggapai cita-cita mereka masing-masing. Mashiro menjadi mangaka profesional yang karyanya dijadikan sebuah anime, sementara Azuki menjadi seiyuu (pengisi suara) dari anime-nya. Keduanya hanya saling berkomunikasi lewat email untuk berbagi dan bercerita tentang lika liku perjalanan mereka dalam mengejar impiannya agar satu sama lain saling menyemangati.

2. Sahabat ada untuk saling melengkapi


Sama halnya dengan Lord of The Rings dimana Frodo memiliki partner seorang Samwise, pada anime ini Mashiro memiliki partner yang bernama Takagi. Karakter dari keduanya sangat berbeda, kemudian dalam membuat manga keduanya saling melengkapi untuk dapat menutupi kekurangan sahabatnya. Mashiro berperan sebagai ilustrator, sementara ide cerita dibuat oleh Takagi. Bersama-sama mereka menyebut diri mereka sebagai Ashirogi Muto yang merupakan singkatan dari Azuki (A), Mashiro (Shiro), Takagi's (Gi) serta bahasa jepang dari "impian menjadi nyata" (Muto).

Memang dalam kehidupan nyata, memiliki banyak sahabat yang amat mengerti bagaimana diri kita adalah sebuah hal yang mustahil karena ukuran dari setiap orang berbeda. Karena hal itulah kita pun sadar bahwa tugas kita dalam bersahabat bukanlah menuntut orang lain, tapi masing-masing dari kita berusaha untuk menjadi sahabat yang dapat melengkapi dan memahami satu sama lain.

3. Do what you love, love what you do
Pada saat pertama kali Mashiro memutuskan untuk menjadi seorang mangaka, Ibunya tidak menyetujui dan menentang keinginannya meningat pamannya dahulu pernah menjadi mangaka dan tidak menjadi seseorang yang berhasil. Namun Mashiro tetap bersikeras untuk menjadi seorang mangaka sebab Ia sangat mencintai manga dan ingin dapat mengagumi pamannya yang dahulu juga merupakan seorang mangaka. Kemudian Ia pun terus mengasah kelebihannya dalam bidang ilustrasi manga hingga dapat menjadi mangaka professional, sehingga pelajaran berikutnya yang dapat saya ambil adalah...

4. Menguasai satu dengan baik hal lebih utama daripada mengetahui banyak hal namun tidak dikuasai dengan baik
"Saya lebih takut kepada orang yang melatih satu jurus seribu kali daripada orang yang melatih 1000 jurus hanya satu kali."
~ Bruce Lee ~

5. Never give up and push harder until the limit
Dalam perjalanan Mashiro mencapai impiannya, banyak sekali hal-hal yang membuatnya lelah dan dapat memilih untuk menyerah. Namun, meski demikian Ia terus mencoba tanpa menyerah sampai-sampai Ia jatuh sakit dan harus menjalani perawatan. Kemudian salah satu best scene dalam film ini pun terjadi. Kalau kata guru olah raga saya, "Jangan bilang sudah mengeluarkan seluruh kemampuan kalau kamu belum muntah saat latihan berlari."

6. Memiliki rival dalam fastabiqul khairat
Eiji, rival utama dari Mashiro dalam impiannya untuk sebagai seorang mangaka membuat Ia terus memacu diri agar dapat lebih unggul. Kehadiran Eiji secara tidak langsung membuatnya dapat terus bergerak dan menatap rivalnya di depan. Mereka berlomba-lomba dalam menjadi mangaka nomor satu di Shonen Jump. Melihat rivalry semacam ini saya jadi teringat dengan masa SMP dimana saya memiliki sahabat-sahabat istimewa yang menjadi saingan dalam berbuat kebaikan.

Memiliki rival adalah hal yang menarik karena dengan adanya kompetitor atau saingan kita pun akan memacu diri kita untuk dapat melebihi orang itu. Tak usah peduli meski mungkin Ia tidak menganggap kita sebagai rivalnya.

Review selesai, iseng aja menulis review sambil terus mengasah kemampuan menulis. Semoga tertarik untuk menonton film Bakuman dan dapat mengambil pelajaran darinya hehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar