Setiap yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta hadir ke dunia dengan tugasnya masing-masing. Dari mulai bakteri kecil yang bersahaja dengan tugasnya menguraikan jasad makhluk hidup yang telah habis usianya, garam di lautan yang ditugaskan untuk mengasinkan lidah seorang manusia, hingga matahari yang ditugaskan untuk menjaga keseimbangan tata surya agar setiap planet berada pada garis edarnya.


Kemudian Ia pun teringat akan masa-masa itu. Ketika ruh-ruh kala itu masih berada di sisi Nya. Mereka menunggu perintah dari Rabb-nya untuk sampai pada setiap jasad yang Allah ciptakan di dunia melalui rahim dari sosok-sosok mulia.

Sesaat sebelum Allah memerintahkan ruh-ruh untuk berkelana di alam dunia, Allah berkata kepada seluruh ruh yang ada, "Siapa diantara kalian yang akan menjadi ruh dari jasad ini dan menunaikan amanahnya?"

Ruh itu kemudian bertanya, "Apa tugas dari jasad itu wahai Rabb pencipta alam semesta?"

"Tugasnya adalah terlahir di dunia sebagai khadim dari umat dan mewarnai sejarah Islam dengan tiga warna sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Hitam tinta para ulama, merah darah para syuhada dan emas dinar dari tujjaar. Aku akan anugerahkan kepadanya jasad yang siap melaksanakan tujuannya."

"Kalau begitu izinkan saya yang akan menunaikan peran itu wahai Rabb-ku."

Ruh pun ditiupkan. Kelak Ia menjadi seorang muslim bernama Asa Ayazida Aunu Robby. Ia yang bercita-cita medapat mewarnai Islam dengan tiga warna. Sebagai warna hitam yang menjadi warna dari tinta, warna hitam yang kelak akan menuliskan kebenaran melalui bait-bait yang terususun rapi. Menceritakan kebaikan lewat kisah-kisah penuh hikmah yang berkelindan indah dari satu cerita ke cerita lainnya. Juga sebagai warna merah yang menjadi warna dari darah, warna merah yang berarti semangat dari seorang pejuang. Pantang menyerah dan siap menjawab seruan ketika panggilan untuk membela diin diserukan. Seperti seorang Khalid ibn Walid, seperti seorang Sa'ad ibn Abi Waqqash, seperti Thalhah ibn Ubaidilah, hingga Simak ibn Kharasyah. Terakhir sebagai warna emas, warna emas yang dahulu menjadi salah satu basis kekuatan umat yang memberi keutamaan kepada seorang Abdurrahman ibn Auf. Emas yang memberikan keberkahan. Emas yang memberikan daya kepada umat untuk bangkit dan bergerak lebih gesit dan cepat. Emas yang memberikan keinsyafan kepada pemiliknya bahwa semua akan kembali kepada Nya.

Aftermath
Dhuha, suatu ketika di sebuah masjid dengan gaya arsitektur Roma yang lekat dengan gaya masjid biru di Turki, seorang pemuda yang lelah dari perjalanan panjang yang telah dilaluinya berjalan menghampiri masjid itu. Masjid itu ramai oleh anak-anak yang tengah bermain, serta remaja yang belajar di halamannya. Terlihat di sana ada seorang perempuan yang tengah membuatkan teh, kemudian menyajikannya di atas nampan lengkap dengan biskuitnya kepada anak-anak serta remaja tadi. Pemuda itu pun terheran-heran dengan masjid tersebut. Kemudian dilihatnya seorang laki-laki yang tengah membersihkan halaman masjid dengan sapu serta pel. Ah, Ia mengenal laki-laki itu! Dihampirinya lelaki itu kemudian Ia memulai salam...

"Assalamu'alaikum, dengan bapak Yazid yang penulis dan pengusaha itu bukan ya?"
Ia tersenyum dan berkata, "Wa'alaikumussalam wa rahmatullah. Wah, saya marbot masjid ini kang, jadi penulis dan pengusaha itu... pekerjaan sambilan saya." Haha, like a boss banget ya >.<

Pengen punya masjid seperti Jogokaryan ya Allah
Kemudian menjadi khadim umat dan melayani dengan cinta
Sementara citanya akan terus berpendar hingga akhir hayatnya
Karena Ia berharap dapat bertemu dengan mereka yang amat Ia rindukan kehadirannya

Memasuki tahun 2016 benar-benar membuat jantung berdetak kencang. Ada banyak target serta live event yang akan terjadi pada tahun ini dengan izin Nya. Mari melayakkan dan memperbaiki diri karena semua hanya utopia tanpa adanya usaha.

Gombal, doa, asa seorang Yazid kepada Rabb-nya
Mencoba berprosa ria
Terinspirasi dari kisah Abu Dujana
Rabbi istiqamahkan langkah kami di jalan para nabi dan syuhada

Bumi Allah, 1 Januari 2016
Hamba Allah yang tertawan dosanya,
Asa Ayazida Aunu Robby

Tidak ada komentar:

Posting Komentar