Pernah merasakan kegalauan itu? Dimana ketika kita sedang menempuh studi lalu kita merasa kosong, merasa lebih bergairah di tempat lain hingga akhirnya terbersit keinginan untuk "murtad jurusan". Murtad dalam artian lompat dari ranah keilmuan saat ini dan banting setir ke ranah keilmuan lain yang kadangkala terlihat amat ekstrim.

Teknik mesin banting setir ke psikologi
Dari teknik fisika ke sejarah Islam
Kimia lompat ke hukum
Nyambungnya dimana?

Setelah itu kita kembali berpikir,
"Benarkah langkah Saya jika berpindah dari tanggung jawab keilmuan saat ini? Dosa gak ya? Kufur nikmat kah?"

Hal ini akan dirasa semakin menjadi beban kala sadar bangku yang kita peroleh di tempat studi saat ini adalah bangku yang diperebutkan oleh ratusan bahkan ribuan siswa lainnya. Yang mana untuk bisa duduk di bangku kita saat ini mereka rela membayar mahal ke lembaga bimbingan belajar ternama, belajar semalam suntuk hingga menuliskannya sebagai impian di dinding-dinding kamar mereka. Dimana mereka menangis kala mendapatkan pengumuman yang menyatakan bangku yang kamu duduki saat ini belum bisa menjadi rizkinya. Bagaimana bisa mempertanggungjawabkan nikmat yang diperoleh saat ini jika disia-siakan?

Terlebih dalam kitab Ta'lim Muta'allim dibahas bahwa tidak baik bagi seorang penuntut ilmu melompat dari bidang ilmu satu ke ilmu lain tanpa terlebih dulu menguasai ilmu yang saat ini dipelajari. Sebab hal itu dapat mengurangi keberkahan ilmu dan bisa jadi termasuk perilaku tergesa-gesa dalam menuntut ilmu.

Saat Saya tingkat dua, kegalauan ini dengan senang hati berkeliling di pikiran setiap hari. Pasalnya sejak awal berkuliah Saya menjalani studi dengan kesadaran penuh bahwa di kemudian hari Saya tidak memiliki rencana untuk hidup maupun berkarya melalui bidang kimia. "Dosa banget," pikirku kala itu melihat sikap diri sendiri yang berkuliah di jurusan kimia namun tidak berniat serius di dalamnya.

Sadar akan kesalahan itu, Saya pun berikhtiar untuk memiliki sesuatu yang dapat diperjuangkan dari bidang kimia. Bersama teman-teman, kami membuat sebuah home industry hand sanitizer yang dibuat dari bahan alami daun sirih merah. Bisnis berjalan, balik modal, tapi tidak pernah berkembang hingga besar dikarenakan harga yang kami tawarkan belum mampu menyaingi harga hand sanitizer merek ternama di pasaran. Akhirnya tutup juga. Untuk bisa menyaingi harga dari merek besar kami harus menaikkan kelas bisnis ini ke kelas industri besar dan itu adalah hal yang masih tidak mungkin bagi kami. Beberapa kali Saya juga mencoba mengikuti lomba bisnis maupun paper di bidang kimia, akan tetapi hasilnya nihil. Kebingungan ini masih terus terbawa hingga asaatidz Saya memberikan jawaban yang memantapkan hati.

Sebagai seorang makhluk dan hamba, Allah selalu menilai keutamaan seseorang melalui takwa mereka. Bukan melalui linearitas ilmu yang kita ambil. Itu sebabnya hadist sebaik-baik manusia bercerita tentang orang yang mampu memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya, mampu berakhlaq mulia dan mampu menjadi pribadi yang bertakwa. Jika hubungannya dengan ilmu maka Ia mampu mengubah ilmunya menjadi sarana meraih takwa yang lebih tinggi. 

Jika kamu "murtad" dari jurusan dengan alasan lari dari tanggung jawab keilmuan akibat sikap malasmu atau hanya karena alasan ketidaksanggupanmu menyelesaikannya maka hendaknya berhati-hati dengan ancaman kufur nikmat.

Namun apabila keputusanmu untuk berpindah jalur karena pertimbangan kemanfaatan yang dapat kamu berikan jauh lebih besar di bidang lain daripada di bidang keilmuan yang tengah kamu tekuni saat ini... maka kamu memiliki pilihan untuk mengambilnya dengan tujuan menjadi pribadi yang dapat memberikan manfaat lebih besar saat berpindah jalur. Pun begitu sebelum memilih berpindah hendaknya seseorang mencoba untuk:

1. Berikhtiar untuk menghasilkan sesuatu melalui kelimuan yang ditekuni saat ini
2. Mencoba untuk mencari guru yang sesuai

Setelah hal itu sudah coba dilakukan dan tetap tidak berhasil maka beristikharahlah dan dengan mantap membaca basmalah untuk menjalani jalur keilmuan lain. Buatlah karya yang mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih bermanfaat. Dengannya semoga kita tidak tergolong seorang penuntut ilmu yang kufur dengan nikmat Allah. Berdoalah selalu untuk senantiasa Allah bimbing ketika menjalani tempat yang berbeda.

Kelak, barakah maupun tidaknya keputusanmu saat berpidah jalur dapat dilihat dari seberapa baik keputusanmu mampu semakin mendekatkan dirimu pada takwa dan seberapa besar manfaat yang dapat kamu berikan untuk sekitarmu.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar