Suara adzan sudah dikumandangkan oleh muadzin di masjid, Ayah mulai bersiap untuk menyambut panggilan adzan. Ia mulai memanggil anak-anaknya untuk ikut bersiap shalat menuju masjid.

"Dik ayo shalat, sudah adzan tuh." Ujarnya mengajak
"Sebentar Abi, adik masih ada urusan." Jawab sang anak

Melihat bagaimana respon anak terhadap panggilan adzan, sang Ayah menemukan ide untuk memberikan pembelajaran kepada anaknya tentang pentingnya memenuhi panggilan adzan tepat waktu.
***

Pada kesempatan yang berbeda, anak itu datang dari bilik kamarnya mendatangi sang Ayah yang tengah duduk di kursi sofa. Dengan nada cukup segan, sang anak bertanya kepada bapaknya,

"Abi, adik ada kebutuhan buat kegiatan di sekolah. Adik bisa minta uang ke Abi gak buat kebutuhan adik?"

Sang Ayah tersenyum, memandang anaknya dengan pandangan yang lekat. "Berapa kebutuhanmu?"

"800 ribu abi." Jawabnya malu-malu.

"Dik, Abi belum punya rizki buat kebutuhan adik. Coba pekan depan adik tanya lagi ke Abi. Semoga rizkinya udah ada."

"Baik abi." Jawab sang anak mengakhiri perbincangan pada hari itu.

***

Pekan berikutnya, sang Anak kembali mendatangi ayahnya dan menanyakan kebutuhannya kembali, "Abi, kalau untuk kebutuhan adik pekan lalu sudah ada rizkinya belum?"

Ayahnya menjawab pertanyaan anaknya dengan tesenyum, "Belum ada dik, coba tanya abi 3 hari lagi. Mungkin nanti rizki adik udah ada."

***

Tiga hari berikutnya, sang anak menanyakan kembali kepada ayahnya. Berharap rizkinya sudah ada di hari itu, "Abi, kalau sekarang rizki adik udah ada belum?"

"Ternyata belum ada dik."

"Kalau gitu kapan kira-kira abi dapet rizkinya bi?" Tanyanya penasaran, dan mungkin sudah tidak sabar juga untuk bisa mendapat kepastian dari abinya.

Mendengar pertanyaan itu, sang Ayah mulai memerankan diri sebagai pemegang fungsi tarbiyah
"Adik sayang, pekan lalu Abi minta adik untuk segera shalat. Tapi adik masih ada urusan dan menunda-nunda shalat. Sekarang gantian dong tinggal rizki adik yang abi tunda-tunda. Biar adil."

Rupanya sang anak memahami pesan ayah dengan baik. Sejak saat itu anak tadi senantiasa menjadikan shalat sebagai prioritas utama saat panggilan adzan berkumandang.

***

Pelajaran apa yang bisa kita tangkap dari cerita singkat tadi?

Bagi seorang ayah, ekonomi adalah kekuatan baginya untuk dapat melakukan proses mendidik keluarga. Mengapa bisa seperti itu? Sebagai contoh, setiap kali seorang anak meminta uang jajannya kepada ayah, di saat itu pula kesempatan bagi ayah untuk bisa mengajak anak ngobrol seputar kehidupannya dan memberikan nasihat yang baik kepada mereka. Oleh karenanya bisa menjadi sebuah kesalahan ketika urusan keuangan diberikan seluruhnya kepada ibu untuk dikelola dan anak diminta menyelesaikan semua kebutuhan keuangannya kepada ibunya. Sebab nanti kesempatan sang Ayah untuk mengambil peran sebagai pendidik akan berkurang.

Selain itu pembahasaan dalam mendidik anak. Penggunaan kata rizki oleh sang Ayah membentuk konsep anak terhadap uang bahwa ia menjadi bagian dari rizki yang Allah beri. Hal tersebut terbukti satu pekan setelah Ayah mengajak anak berkomunikasi dengan kata rizki, sang anak ikut menggunakan kata rizki dalam percakapannya.

Pelajaran apa lagi yang kamu peroleh dari kisah tadi? Leave your thoughts in the comments :)

Diambil dari kisah Bang Aad dalam mendidik keluarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar